Slider

Video

Destination

News

Kuliner

Event

Culture

Gallery

» » » Industri Rumahan Kulit Jagung Jadi Bernilai

Siapa sangka kulit jagung yang biasanya dibuang masyarakat begitu saja, namun di tangan Rena, 25, kulit-kulit jagung tersebut diolah menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Perempuan asal Rasau Jaya ini mengubah kulit jagung menjadi kembang atau bunga hias.

Kerajinan tangan ini bermula saat dirinya diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan yang diselenggarakan PKK Desa Rasau Jaya Umum. Rena kemudian berinisiatif untuk mencoba mengembangkan kerajinan bunga hias yang terbuat dari bahan dasar kulit jagung dan akar keladi air. Apalagi bahan dasarnya cukup mudah ditemukan di Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau Jaya.

Kerajinan rumah tangga yang dikembangkan Rena sejak beberapa bulan lalu telah menghasilkan beberapa pot bunga dengan berbagai jenis menyerupai bunga dengan tampilan berbagai variasi warna. “Saya baru saja menyelesaikan 7 pot bunga, tapi belum sempurna semuanya, masih perlu perbaikan lagi,” kata Rena pada Rakyat Kalbar ditemui kemarin.

Selain itu, hobi membuat bunga, satu hal yang membuat Rena tertarik adalah pemanfaatan limbah kulit jagung untuk dibuat menjadi hiasan bunga. “Biasanya dari plastik, kartun. Namun ini dari kulit jagung, jadi tertarik juga,” ungkapnya.

Dikatakannya sebagian besar bahan yang digunakan menggunakan bahan kulit jagung dan akar keladi air serta melalui beberapa proses pengerjaan. “Pertama kita kumpulkan sisa kulit jagung kering yang sudah dipanen, kemudian kita cuci dan diberi pewarna, selanjutnya kita keringkan lagi,” ujar Rena.

Setelah itu, lanjutnya, proses diteruskan dengan membuat pola bunga yang diinginkan. Kemudian dirangkai menjadi sebuah bunga utuh. “Terkadang saya mencontoh hiasan bunga dari buku yang disiapkan suami saya. Untuk bahan-bahan penunjangnya pun adalah kawat, lem, dan pewarna, serta pot bunga yang kita anyam dari akar keladi air,” ungkapnya.

Ia sendiri dalam mengerjakan kerajinan tangan tersebut memerlukan waktu tak kurang dari satu minggu. “Biasanya untuk satu pot jadi kurang lebih lima hari, tergantung jenis bunga yang ingin kita buat. Hanya sedikit sulit untuk melenturkan daun bunga yang membutuhkan alat khusus,” tuturnya.

Dirinya pun mensyukuri sampai saat ini dirinya tidak memiliki kendala mengenai bahan baku. “Kulit jagung biasa kita ambil dengan beberapa petani jagung, kebetulan di sini kan memang khasnye jagung. Kalau akar keladi biasa saya cari di sekitar kebun yang cukup banyak tumbuh,” terangnya

Hingga saat ini kerajinan bunga kulit jagung yang baru dirintisnya tersebut belum diperjualbelikan lantaran tidak mengetahui cara pasti memasarkannya. “Pernah ada yang mau beli, tapi saya tahan dulu karena masih sedikit dan kita maunya lebih disempurnakan lagi bentuknya,” pungkasnya.

Sementara itu, Suryadi (26), suami Rena, selalu mendukung upaya istrinya untuk mengembangkan usahanya tersebut. “Kita ingin usaha pemanfaatan kulit jagung ini dapat berkembang, sehingga mudah-mudahan menjadi tambahan ekonomi bagi warga nantinya,” harapnya.

Menurutnya saat ini kulit jagung yang cukup melimpah di Desa Rasau Jaya Umum. Karena dirinya menginginkan kulit jagung maupun akar keladi air dapat dimanfaatkan secara maksimal. “Saat ini kulit jagung mudah kita dapat, karena hanya untuk pakan sapi, jadi kita berupaya memanfaatkannya. Syukur-syukur kalau usaha ini berkembang, kulit jagung dan akar keladi bisa bernilai ekonomi tinggi dan menjadi tambahan pendapatan warga,” katanya.

Selain itu ia berharap untuk saat ini usaha tersebut akan dikembangkan terus dan berharap ada pihak-pihak yang dapat membantu mengarahkan terutama bagaimana cara memasarkannya. Saat ini kita sendiri bingung mengenai pemasaran yang tepat.

Ditambahkan Ketua Penggerak PKK Desa Rasau Jaya Umum Rosnawati, PKK beberapa bulan lalu membuat kegiatan pelatihan kepada warga mengenai pemanfaatan kulit jagung menjadi keterampilan rajutan bunga hias serat anyaman akar keladi.

“Pelatihan keterampilan kepada warga tersebut diharapkan dapat berkembang menjadi suatu usaha rumah tangga yang dapat berkembang dan bernilai ekonomi. Paling tidak mengisi waktu sela ibu-ibu. Insya Allah, mudah-mudahan tahun depan kita memulai dengan mengikuti pameran-pameran,” ujar Rosnawati. (fiq)

sumber : Equator

«
Next
This is the most recent post.
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply